Pages

Kamis, 12 April 2012

PART TWO

TWO
Kerinduan
Adlah hal yang paling menyakitkan.

Aku memarkirkan fw mini ku di parkiran kampus. Memandangi sekelilingku. Hari ini semester baru di mulai, dan aku sudah beranjak semester 5. Tidak terasa sebentar lagi aku akan lulus, semoga. Pikirku sambil tersenyum kecut.
“Noaaaa!!.” panggil seseorang diseberang parkir, aku sudah bisa menangkap siapa yang memanggilku sambil berlari kecil kearahku,seseorang yang sangat aku sayangi sebagai sesosok yang mengagumkan, Fero.
“Hei!” sapaku balik. Seperti biasa, Fero berpenampilan mengagumkan dikalangan para wanita yang ada dikampus ini, dia suka memakai pakaian terussan yang manis dan cerah, dan tak lupa syal yang selalu bermotif berbeda mensinkronkan dengan pakaiannya, juga rambutnya yang selalu terurai indah. Sedang kan aku hanya memakai jeans, kets, tengtop hitam yang tersembunyi di balik jaketku yang sedikit terbuka, dan rambut tergulung keatas penuh agar rambutku tidak menghalangi pandangan di balik kacamataku.
“Tebak aku Noa,” Kata Fero sambil tersenyum seperti anak kecil yang sedang bermain tebak tebakkan dengan teman nya. “Aku pergi dengan siapa pagi ini??,” lanjut Fero, berseri.
“Maksudmu??,” Tanyaku bingung.
“Kamu ini, tulalit banget si Noa !, maksud aku..coba kamu tebak, aku tadi pagi berangkat dengang siapa??”
“Ayahmu??” tebakku asal.
Tapi Fero menggelengkan kepala.
“Cowok barumu??”
Fero cemberut. Aku tertawa kecil, seakan tau Fero pasti cemberut dengan tebakkan aku yang baru saja kulontarkan, aku tau Fero baru saja mengalami patah hati, padahal Fero tipe wanita setia. Yaa sulit di ungkapkan,kenapa mereka putus. tapi aku sungguh tak sanggup melihat Fero sedih dengan wajah cantiknya.
“Jadi? Sama siapa kamu diantar Feroku.” Lanjutku agak melunakan hatinya yang mungkin sudah tersentak sedikit.
“Kyoran !!.” Balasnya penuh semangat dan senyum lebarnya sudah kembali.
“Kyoran??” tanyaku heran dan mungkin dahiku sudah berkerut karna penasaran.
“Ya, dia gajak aku pergi bareng karna ternyata arah kantor ayah Kyo satu arah No, dengan kampus kita, aku seneng banget.” Wajah Fero berseri saat menceritakannya, tapi aku merasa ada yang sedikit mengganjal.
Aku tak heran kalau Kyoran langsung ditempatkan di perusahaan ayahnya, aku tau Kyoran pintar dan punya ide imejenatif,berbeda dengan orang pandai. dia seperti sosok pemuda yang tau bakal mewarisi perusahaan ayahnya itu, maka ia belajar dan memahaminya tanpa harus bersekolah tinggi, walaupun aku pikir Kyo tak butuh itu lagi, entah dari mana anugrah otaknya yang Smart itu.
“Wah, senang sekali diantar Tuan muda.” Aku menjulurkan lidah pada Fero yang masih berseri, sambil berjalan bersama memasuki gedung.
“Ah, kamu kan tau No, dia bukan Kyo yang dulu lagi. Menurut ku dia berubah.”
“Jadi spiderMan??” selaku, tertawa jail.
“Berubah, menjadi sosok yang…,” Fero tak melanjutkan kalimatnya, aku penasaran tapi aku tahan untuk tidak menanyakannya. Tapi perasaanku menjadi sedikit aneh, seperti ada batu besar yang mengganjal.
“Well, nanti kelas berakhir, kau ada acara Fero??,”  Aku buru buru bertanya, mungkin agar Fero tak melanjutkan kalimatnya, aku takut.
“Ya, aku harus membantu ibu ku kali ini No, di butiknya.” Jawab Fero, lelah. aku tau, Fero selalu mampir kerumahku saat kelas berakhir, tapi kali ini Fero sudah harus mulai membantu ibunya di Butiknya yang mungkin nanti akan menjadi Butiknya. Aku hanya diam dan tidak menajwab, sambil terus berjalan menuju gedung bersama Fero.

Aku membaca buku dipinggir jendela kamarku. Hari ini hujan turun dihari yang menjelang sore, sejuk. Terdengar ada suara mobil diparkir dipekarangan rumah, suara nya sangat familiar ku dengar, orang tuaku. Aku turun, menuju ruang keluarga yang langsung di temui saat pintu terbuka.
“Mum,” aku menghampirinya yang terlihat lelah, memeluknya erat.
“Dad,” aku juga memeluknya erat, dan ia tersenyum.
Mereka mebawa banyak barang, terlihat lelah, tapi tetap berwibawa. Aku duduk berhadapan dengan mereka yang masih terduduk karna lelah. Aku melihat mbok, pembantuku. Membereskan semua barang yang dibawa oleh orang tuaku. Tidak ada pembicaraan atau seorangpun yang angkat bicara. Aku hanya terdiam, dan memandangi buku yang masih berada di genggaman dengan halaman tertanda dengan jariku, lalu seketika Mum berdiri dan langsung pergi menuju kamar, tanpa berkata satu katapun.
Aku sudah mengira ini akan terjadi dan percuma saja aku memikirkannya. Senang rasanya mereka berdua pulang kerumah, tapi ada rasa yang membuatku terasa sangat sepi, karna suasana saat mereka pulang, tidak merubah keadaan di dalam rumah.
“Noa, bagaimana dengan kuliahmu??” . Aku tersentak mendengarnya, Dad berbicara dan memandangku.
“Baik baik saja,” jawabku dengan senyum luar biasa, senang. Akhirnya ada satu kalimat yang teucap dan mengisi ruangan yang dingin ini.
“Baguslah kalau begitu nak, jangan mengecewakan ya.” Tukas Dad, dengan tegas. Lalu berdiri, tersenyum padaku lembut lalu pergi kearah kamar yang berbeda, kekamar tamu.
‘Apa yang terjadi?’ bisiku dalam hati, memandang kepergian Dad. Bukan pergi jauh, tapi arah Dad berjalan membuatku pikiranku menerawang jauh dan rasanya aku khawatir. Udara diruangan itu semakin dingin dan cahaya dari celah jendela sudah mulai meredup, aku pun masuk kamar dengan pertanyaan yang penuh didalam otakku.
                                                                                               
Makan malam yang buruk, menurutku. Apapun makanan yang masuk kedalam perutku terasa sangat hambar dan pahit. Mum dan Dad, tidak berbincang satu sama lain ataupun denganku yang ada disini. Rasanya semuanya jadi terasa sangat gelap. Mum menyudahi makan malamnya, memandangku lalu tersenyum dingin, lelah.
“Kau harus banyak makan ya Noa, supaya tidak sakit.” Jelasnya sambil terus memandangku dengan mata letih lembutnya.
“Ya, berat badanku juga tertambah, Mum.” Balasku sambil tersenyum girang,mungkin agar terlihat tidak peduli dengan keadaan malam ini.
“Jangan dinaikkan lagi, kau cantik seperti itu.” Mum seolah tak mau aku terlihat jelek.
“Ya.” Jawabku singkat, lalu menyudahi makan malam dan langsung pergi meninggalkan mereka berdua, orang tuaku. Dimeja makan yang dingin dan berhawa lembab.









 


Setelah sepulang kampus, aku, Fero dan Kyo janjian makan siang bareng, ditempat yang biasa ku kunjungi dengan Fero, restaurant jepang yang pastinya Kyo juga suka. Kyo dan Fero seperti pasangan serasi, mereka sama sama memiliki kelebihan yang mungkin aku tak punya. Tapi mereka sahabat sahabat terbaikku.
“Noa, kau masih suka berenang??.” Tanya Kyo, sambil mengunyah shusi kesukaannya dengan terbata bata. Fero hanya memperhatikan.
“A.., ya tentu! Aku masih suka berenang, jika hujan.” Jelasku tak sadar apa yang sudah ku katakana, karna aku terus memisahkan sayuran yang tak kusukai yang ada di Mie ramenku.
“Jika hujan??” Tanya Kyo lagi, masih penasaran.
“Ya, jika hujan.” Masih tidak menatap Kyo, aku terus meminggirkan sayuran dalam Ramenku.
“Itu kebiasaan Noa, sekarang Kyo.” Sanggah Fero, yang tau akan menjelaskan kebiasaan anehku itu.
“Jadi, kemarin kau berenang, kemarin turun hujan, kan??” Kyo mencoba minum kotcha nya dan menatapku bergantian dengan Fero.
Aku menatapnya tanpa ekspresi. Tak tau apa yang akan aku jelaskan, lagi pula aku berenang dihari hujan, jika aku sedang merasa aneh saja, saat ingin sendiri,bukan saat aku ingin pergi berenang.
“Tidak, hanya jika ingin saja.” Aku menjawab dengan agak kagok. Fero dan Kyo menatapku dengan keruttan didahi mereka masig masing.
“Kau tak pernah berubah.” Kyo mulai memakan shusi kesukaannya lagi setelah menatapku.
“Ya, itu lah Noa,Kyoo.” Fero pun ikut melanjutkan makan shusinya, sambil tersenyum kepadaku. Aku membalasnya dengan kaku.
Aku bukan seperti mereka yang mungkin bisa membuka atau membeberkan apa yang mereka rasa, tapi bagiku, sulit sekali untuk mengungkapkannya,hanya di dalam kolam dan air hujanlah, aku bisa mencampur semua pikiranku jika sedang kacau.
“Dan kau masih suka membaca??” tanya Kyo lagi, seolah aku sedang di introgasi saat makan siang ini, rasanya jadi terasa aneh dan aku tak sengaja menelan sayuran yang aku tak suka.
“Ya, aku masih suka baca, Kyo. Dan kau sendiri, kelihatannya masih suka bertanya banyak ya.” Kataku sambil tertawa. Kyo dan Fero ikut tertawa mendengar kata kataku.
“Maksudmu, aku masih secerewet dulu??” Kyo menyipitkan matanya kepadaku, sok curiga.
“Sama dengan Fero.” Aku tersenyum lebar penuh kemenangan, ya Fero pasti tau maksudku apa, aku bilang kalau Fero dan Kyo sama sama makhluk Tuhan yang sempurna dan suka Bertanya.
“Kok, jadi aku si No…,” kata Fero menonkok bahuku lembut, seolah olah dia merengek.
Kami pun tertawa dan melanjutkan makan siang penuh canda dan kebersamaan ini.

Fero pulang ke Butik ibunya, tapi Kyo masih bersamaku. Aku dan Kyo akan ke toko buku langgananku, diperjalanan masuk ke toko, semua mata tertuju oleh Kyo. Dengan senyum menawannya siapa yang tidak terpikat.
Aku menyapa mbak kasir saat melewati meja kasir, dan mbak itu tersenyum padaku, bukan padaku, tapi pada Kyo yang berjalan dibelakangku.
“Jadi ini gudang persembunyianmu??” Bisik Kyo dibelakangku yang masih mengikutti ku dari belakang menuju Rak buku yang ingin aku baca.
“Yaa.”
Kyo menganngguk pelan, lalu tiba tiba merangkulku. Aku kaget, tidak terlalu kaget. Tapi jantungku berdetak, saat merangkulnya, sama seperti saat dia memelukku di pesta ulang tahun Ibu Fero.
“Sepertinya tempat ini menarik.” Tukas Kyo, dengan wajah imajenatifnya.
“Pastinya.” Aku meliriknya yang masih merangkulku dengan tubuh tegap dan berisinya itu.
“Boleh aku kebagian sana??” tanya Kyo, menunjuk arah rak buku bagian ‘Bisnis’ . aku langsung tau apa yang ingin Kyo cari, buku yang mempelajari perusahaan perusahaan, tabakku.
“Ya, boleh.” Kataku, mengangguk. Kyo pun melepas rangkulannya itu lalu menuju rak yang dia tunjuk tadi, dan aku merasa aneh saat dia melepas rangkulannya itu, hangatnya jadi dingin.
Saat Kyo pergi menjauh, aku jadi mengingat sesuatu tentang, ‘Ino’ . aku mengambil beberapa buku asal asalaan dan mendekapnya di dadaku, lalu berjalan mencari tempat yang nyaman dan mungkin Ino berada disana. Tapi saat aku sampai ditempat itu, tidak ada siapapun, sepi sama saat pertama aku duduk disana. Dia tak datang hari ini, hatiku rasanya menggelembung sakit.
“Dan lihat, kau datang dan ingin menggangguku lagi??” Tanya seorang dibelakangku, yang suaranya sama dengan cowok itu,’Ino’. Aku berbalik badan, dan mendapatinya yang baru kusadari tingginya entah berapa cm, dan aku terlihat pendek sekali jika berdiri disampingnya. Tapi aku senang melihat wajahnya yang lembut tanpa ekspresi, aku tersenyum kepadanya. ‘Arrgh kenapa aku tersenyum’ dengusku dalam hati.
“Hanya ingin membaca.” Jelasku padanya yang berdiri, dengan tangan memegang buku ditempelkan di kepalanya. Aku memperhatikan bibirnya, dia sedang mengunyah.
“Pergi dan cari tempat baru.” Kata Ino, lalu berjalan melewatiku kemudian duduk. Aku terdiam sesaat, harumnya yang lembut dan sangat menenagkan membuatku ingin mengikutinya lalu duduk disampingnya. ‘Hah?! Aku ini kenapa si’ pikirku tak terima dengan khayalan norakku.
Dia memasang Headphone dan membuka bungkus permen karet baru untuk dimakannya lagi. Dan aku hanyak memperhatikannya. Tiba tiba Kyo mengagetkanku dengan tumpukan buku yang mungkin akan di belinya.
“Hei, sedang apa disini No?” Tanya Kyo yang tiba tiba datang, lalu memandang cowok yang ada di hadapanku seolah seorang ada di hadapan aku ini adalah makhluk paling tidak sopan, membiarkan aku diri sementara dia asik duduk. Aku diam dan hanya menatap Kyo lalu kearah cowok itu ‘Ino’ . Kyo pun duduk disamping cowok itu, tanpa permisi.
“Sini No, duduk sini.” Perintah Kyo, sambil memberikan intruksi agar duduk disampingnya. Cowok itu ‘Ino’ memandang Kyo dengan sengit dengan mata kelabunya di balik cermin kaca matanya.
“Bisakah kalian duduk disebelah sana?!” Perintah Ino, yang mengarahkan pandangannya ke bangku pembaca yang kosong didekat kasir. Mendengar itu, Kyo sontak berbalik dan memandang Ino dengan pandangan tak suka.
“Apa ada undang-undangnya jika aku dan sahabatku duduk dan membaca disini??, ini tempat umum.” Kata Kyo, masih dengan pandangan tak suka.
Cowok itu ‘Ino’ berdiri. Menatapku tajam dan tak suka. Kyo pun ikut berdiri. Saling menatap. Mereka berdua bagaikan pemandangan luar biasa, dengan view yang ada di belakang dibalik kaca bening, pemandangan yang sejuk.
“Bisakah kamu kasih tau pacarmu, Noa??” . ‘Apa???!! Dia tau namaku?? Dari mana??’ tanyaku dengan wajah merona, Gr karna dia mungkin mencari tau siapa namaku.
“Noa?? Kau kenal cowok ini??” Tanya Kyo bingung dengan ekspresi masih tak suka dengan memandang Ino dari atas sampe bawah.
“Kalian ini kaya anak kecil aja !! bertengkar karna memperebutkan bangku.” Bentak ku.
“Dan Kyo ,mungkin, kita harus pergi sekarang Kyo, aku tiba tiba lapar lagi, ayo.” Lanjutku dan langsung menarik tangan Kyo yang kekar lalu mengajaknya ke kasir, membayar buku dan pergi. Tapi aku masih memandangi Ino yang masih berdiri menatapku, lembut. dan tentu saja aku bertanya tanya dari tadi dan diam di samping Kyo yang sedang menyetir.
‘dari mana dia tau namaku?? , apa dia penguntit??’ pikirku, tak sadar kalau aku sedang tersenyum. Aku tau Kyo sedang menatapku, aku tak mau menatapnya balik, karna pasti dia bertanya. Aku ini kenapa? Kenal dia? Atau apalah, mungkin Kyo akan punya banyak pertanyaa. Lalu dia hanya memandang kedepan, lurus, dengan raut wajah yang aku tak suka melihatnya.
Kyo memarkirkan mobil ke sebuat tempat makan tradisonal. Aku memandang Kyo, lalu kyo melihatku bingung.
“Kamu lapar kan,No??” Tanyanya dengan suara yang mungkin terdengar aneh. ‘aku bohong kyo, aku kenyang!’ jawabku dalam hati. Kyo menatapku tajam, mungkin membaca pikiranku.
“Jangan bilang, kau kenal dengan cowok yang tidak sopan tadi, Noa.” Lanjutnya.
“Oh, tentu saja aku gak kenal hanya sering melihatnya di toko buku itu,”
“Lalu? Kenapa kau mengalihkan pembicaraan, lalu mengajakku pergi?? Kau bilang kau lapar, padahal aku sangat ingin memberinya kata kata yang pantas untuk cowok gak sopan itu.” Wajah Kyo memerah, agak kesal. Baru kali ini aku melihatnya seperti ini, tapi aku tak peduli, aku pikir Kyo hanya tidak mau ada seorang yang tidak sopan terhadapku.
“Ah, itu gak penting.” Celetukku , tersenyum. Berharap Kyo membalas senyumku,dan baru aku sadar sahabatku ini ternyata berubah menjadi temperamental.
“Bener?? , kamu gak kenal sama cowok itu??” tanyanya Kyo lagi, masih dengan raut wajah yang penasaran.
“Hanya tau namanya saja,”
“Namanya saja?? Kalian sudah berkenalan?? Dia juga tau nama kamu, Noa.” Suara Kyo terdengar khawatir. Aku tak tau kenapa dadaku terasa berdegub saat mendengar nada bicara Kyo yang seolah dia sangat tidak suka kalau aku dekat dengan cowok itu ‘Ino’.
“Ya, mungkin dia tau..” kataku mulai asing berhadapan dengan sahabatku sendiri.
“Mungkin??”
“Sudah jangan dibahas ya, dia itu gak penting. Yang penting sekarang kamu mau traktir aku makan lagi??” Aku tersenyum lebar, agar semuanya cepat clear, dan agar Kyo tak banyak bertanya lagi, aku sudah merasa tak nyaman dan itu membuatku lapar, lagi.
“Oke, jika kau lapar, aku akan menantangmu.” Kata Kyo yang sudah mulai tersenyum, walaupun hanya seulas, itu membuatku lega. Karna Kyo tidak akan lagi bertanya.
“Menantangku??, Boleh !!” Kataku lantang, tidak takut dan mencondongkan daguku seperti orang yang benar benar menantang. Kyo tertawa memandang ekspresiku itu.
“Aku akan menantangmu, untuk memakan kebab,”
“Hanya kebab??”
“Ya, siapa yang paling banyak dan tercepat makan kebabnya, akan mendapat hadiah. Dari masing masing yang kalah. Bagimana??” tanya kyo penuh semangat.
“Ayo. Lagi pula, aku sudah lama tidak makan kebab, rasanya Lapaar sekali membayangkannya, dan aku pasti makan banyak dankamu pasti kalah Kyo !!” Aku tertawa kecil, dan Kyo pun tertawa, lalu mengacak ngacak rambutku, seperti anak kecil yang di kasihi oleh seorang kakak. ‘kakak?’ aku tersenyum memikirkan itu.
“Oke. Deal.”
Kami pun pergi meninggalkan Restauran Tradisional yang tadinya kami ingin kunjungi, tetapi dibalik itu, tantangan kyo lebih menantang itupun agar Kyo melupakan kejadian di toko buku tadi. Pikiranku tiba tiba melayang, memikirkan cowok yang memanggil dan tau namaku padahal kita tidak pernah bertemu atau berkenalan sebelumnya, hanya pada saat atau moment yang ku pikir tidak masuk di akal, tapi cowok itu tau siapa namaku. ‘Sebenarnya siapa dia?, tau dari mana dia namaku?’ pikiranku benar benar melayang,memikirkanny. Wajahku memerah karna memikirkan cowok dengan pandangan lembutnya dan matanya yang kelabu, penuh rahasia, yang sangat menarik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar