ONE
Pertemuan pertama
Adalah moment yang paling
tidak pernah terlupakan
“GOOD MORNIINNNNGGGGG !!!”.
Seru fero, sahabatku paling terdekat yang tiba tiba datang memecahkan
keheningan dikamarku, selalu masuk kekamarku seperti biasa yang ia lakukan
setiap ia berkunjung. Kita seperti belahan jiwa, tapi tidak terlalu mirip
bahkan kami tidak pernah berpendapat sama, hanya terkadang saja. Fero membuka
jendela kamarku yang langsung memantulkan sinar matahari yang baru saja terbit
dengan menyeringai langsung diwajahku yang masih terjaga dikasur yang
berhadapan langsung dengan jendela kamar . jendela kaca itu hampir menutupi
sebagian kamarku, jadi sangat terang saat jendela terbuka seluruhnya. Ya, aku
suka sekali cermin, kaca atau semacamnya. Jernih dan nyata.
“Bukankah hari ini hari
sabtu Fero??” tanyaku sambil menutupi tubuhku dengan selimut karna terlalu
silau dengan matahari yang menyengat mataku.
“Ya! , tentu saja ini hari
sabtu dan esok hari minggu. Aku tidak bilang bahwa hari ini hari senin, Noa.”
Jawab fero, yang langsung duduk dipinggir kasurku,membuka kembali selimutku
yang lembut.
“Lalu??, Kenapa kau
membangunkan aku sepagi ini?? Aku masih ngantuk fero.” Lanjutku dibalik
bantalku, yang terus memanggilku untuk lanjut berhibernasi.
“Kau lupa??,hari ini kau
janji menemaniku untuk membeli kue tart, dan membantuku mempersiapkan kejutan
kecil untuk ibuku??.” Tanyanya agak lirih.
Aku terbangun dan seketika
duduk berhadapan dengan fero yang sudah memonyongkan bibirnya yang tipis dan
berwarna pink peach,cemberut seperti anak kecil. Wajahnya yang sangat
cantik,lembut dan anggun, bahkan saat dia cemberut pada saat ini yang kulihat,
membuatku langsung mengingat segala hal yang aku janjikan.
“Aku tidak akan lupa dengan
janjiku,cantik.” Aku tersenyum padanya dengan mata setengah tertutup agak
merayu. Seketika Fero pun tersenyum lega dan merona.
“Hihi aku senang
mendengarmu memujiku dan memingat janjimu No,” balas Fero dengan tangannya yang
menggenggam tanganku, seperti disinetron yang si pelaku melakukan adegan
memohon. Aku mendengus malu memikirkan itu.
“Well, tunggu disini aku
akan mandi” aku langsung beranjak bangun dari surga mimpiku, mengambil handuk
yang tersampir dibangku yang berada persis dipinggir rak bukuku yang berjajar
rapih dan menjulang tinggi seperti rak rak buku yang ada di took buku.
“Ya, pasti aku menunggumu
!!”. seru Fero yang senyum senyum sambil merapikan kasurku. Fero memang sahabat
terbaikku dari semenjak aku bertemu dengannya di sekolah dasar, sampai
sekarang. Aku selalu tersenyum padanya, walaupun terkadanga ada sedikit masalah
antara kami, bisa dibilang aku ini tertarik pada wanita cantik yang baik hati
memaksaku untuk selalu mengalah. Fero yang sangat berbeda denganku, dia gadis
yang terkenal dengan kebaikkan,kesopanan,keanggunan bahkan wajahnya bisa
mengalihkan seluru mata agar tertuju kepadanya. Sangat berbeda denganku yang
sangat, sangat terilahat simple, bebas, petualang, kutu buku dan pengkhayal
yang tinggi. Aku tidak terlalu memperdulikan hal sekitar yang tidak terlalu
penting bagiku sedangkan Fero, selalu memperhatikan hal sekitar, itu penting
atau tidak, ia akan selalu memperhatikan. Fero sosok gadis anggun dan dewasa,
dia juga banyak bicara alias cerewet, jadi aku beruntung, ada yang menutuppi
kekuranganku yang menurutku sangat gelap.
|
|
|
“Apa selalu seperti ini
No??” tanya Fero tiba tiba ,yang duduk berhadapan denganku dimeja makan, untuk
sarapan pagi. Aku berenti mengunyah roti yang sudah memenuhi mulutku dan
memandangnya kaget. Pertanyaan ini selalu ia tanyakan padaku, setiap ia
berkunjung walaupun hanya untuk sekedar memperhatikan keadaanku dan rumah
hantuku ini.
“Maksudmu??” tanyaku lalu
meminum air menghilangkan sedak ditenggorakanku yang penuh roti yang sudah
hampir ku telan.
Fero memandangku dengan
matanya yang coklat muda penuh arti, terlihat lirih melihatku. Dia diam sejenak
lalu berkata.
“Tidak..tidak..emm
maksudku, apa nanti kau akan menungguku ditoko buku langgananmu??”. Fero gugup,
kata katanya seakan sedang mengalihkan pembicaraan. Aku tau maksud Fero bukan
itu., sangat terlihat jelas vero pasti mengetahui apa yang ingin aku lakukan
jika aku sedang menunggunya melakukan sesuatu misal jika ia berbelanja di mall,
aku selalu menunggunya di toko buku dan tidak ada tempat lain selain disana.
Kupikir yang dimaksud adalah keadaan rumah ini. Rumah yang seperti rumah hantu.
Hanya aku dan pembantuku yang sudah setia bekerja dengan keluarga kecilku ini.
Dan yang lain, hanya mementingkan hal lain disbanding dengan, aku.
“Tentu saja!” Jawabku
datar, seakan aku tidak terganggu dengan pertanyaan Fero sebelumnya. Fero
menatapku lama tanpa ekspresi, lalu tersenyum lembut dengan kepolosannya, lega.
Mungkin dia berfikir bahwa aku akan baik baik saja, mungkin.
Cuaca diluar cerah sekali,
secerah hati Fero yang tersenyum menandakan hatinya yang sedang happy. Aku
mengeluarkan fw tercintaku dari garasi usang yang berdebu. Aku melirik kaca
sepion dan aku melihat sosok yang anggun menungguku di depan pagar rumahku
sambil memainkan handphonenya dengan tangan kirinya yang menutuppi kepalanya
karna cuaca panas menghujannya. Dia melirik kearah sepionku dan melihatku
memperhatikannya.
“Cepatlah Noaaa, cuaca pagi
ini mulai mtidak bersahabat.” Seru Fero, risih. Aku tersenyum simpul melihatnya
seperti itu. Cuaca hari ini memang sangat cerah, panas. Benar saja wanita
secantik dan seanggun Fero bahkan dia tidak tahan akan panasnya matahari,
bahkan dinginnya hujan.
Fero masuk kedalam Fw
miniku,lalu menggunakan belt dan memandangku yang sedang memperhatikannya
sambil tertawa kecil.
“Kenapa kau tertawa seperti
itu??” tanyanya cemberut, seolah aku menertawakan dirinya. Ya, memang aku
menertawakannya, wajah Fero yang memerah karna panaslah yang membuatku tertawa.
“Tidak, kau manis
sekali..aku suka.” Jelasku masih tertawa kecil. Fero mengembungkan pipinya dan
wajahnya semakin merona.
“Apa sih?! Jangan sampai
orang dengar dan mengira kita ini pasangan wanita yang terserang penyakit
aneh.” Kata Fero dengan tawanya yang menampilkan gigi dan gerakan rileksnya
membuat rambut panjangnya tergerai indah.
“Hahahahahaha, aku akan
senang sekali !” ejekku, tertawa terbahak mendengar perkataannya. Dan ia pun
juga ikut tertawa melihatku terbahak.
Dalam perjalanan, Fero
bernyayi sambil terus menceritakan kisah kejutan ulang tahun untuk ibunya yang
sudah ia persiapkan semeriah mungkin. Aku hanya mendengarnya dan terus menatap
pandangan kedepan.
“Jadi, nanti kau sampai
malam dirumah aku kan no?? Sampai acara selesai?,” Kata Fero, tersenyum lembut.
“Pasti.” Jawabku singkat.
Pikiranku melayang, entah kemana. Mungkin cerita Fero yang akan mengadakan
perayaan kecil yang bermakna untuk ibunya membuatku rindu,rindu akan semua yang
aku lakukan dengan keluargaku, dan mungkin aku iri pada Fero yang masih bisa
menikmati kebersamaan dengan orang-orang tersayangnya. Tapi keadaan ini semua
menjadikanku diri yang selalu harus dituntut menjadi seorang yang bisa memanage
semuanya, walaupun semua masih terlihat sangat aneh.
“Noa, mungkin nanti setelah
ambil kue Tart, aku akan ketoko bunga dan mengambil beberapa barang sudah ku pesan.
Apa kau ingin ikut? Atau…”
“Aku tunggu di toko buku
biasanya saja ya?,” Potongku.
“Ohh..Oke. Nanti aku akan
menghuubungimu kalau aku sudah selsai ya.” Kata Fero dengan senyumnya yang
seperti bayi kecil yang imut. Aku pun membalas dengan senyumman lebar, walaupun
aku tidak bisa merasakan sepenuhnya apa yang Fero rasakan hari ini.
Aku melihat rak rak buku
yang terpampang rapih dan menjulang disekelilingku, indah. Wangi lembaran
lembaran kertas yang sangat ku sukai, dan tentu saja aku sangat menyukai tempat
ini. Tempat yang selalu memiliki keajaiban, menurutku. Dan aku sempat berfikir
kalau aku akan membuat tempat seperti ini kelak. Orang orang mengira ini adalah
toko buku besar seperti yang ada di mall, tapi ini lebih dari itu, seperti
taman bacaan, kau bisa sepuasmu membaca ataupun meminjam beberapa buku dan jika
kau ingin mengkoleksi buku yang ada ditoko sederhana ini, kau bisa membelinya,
dan aku mencintai tempat ini lebih dari rumahku. Aku mengelilingi rak yang
bertuliskan “Best Seller” diatasanya. Aku mengambil empat buku sekaligus, Aku
juga mengambil salah satu copyan buku yang sama dengan yang aku ambil
sebelumnya, agar aku bisa membacanya di tempat yang sudah di sediakan oleh toko
ini untuk para pengunjung, jika ingin membacanya di sini.
Aku duduk ditemapat sepi,
dipinggir jendela lebar penuh lampu hias tang tergantung disetiap
tirainya,cantik. yang langsung mengarah kearah taman belakang dari toko ini,
sangat hijau dan rimbun, dan tempat duduk pengunjung berbeda dengan tempat yang
lain, terbuat dari bahan busa yang dilapisi karet berwarna hijau daun. mungkin
ini tempat baru, pikirku. karena selama aku membaca dan berkeliling toko
ini,baru kali ini melihatnya, nyaman sekali. ‘ini akan menjadi tempatku’ kataku
dalam hati, tersenyum kecil melihat sekitar yang masih mengaggumkan.
“Permisi, kau menempati
tempatku” kata seseorang disampingku. Aku mendongak dan melihat wajahnya.
Mungkin aku tidak sadar, mulutku ternganga kecil, melihatnya. Dia lelaki.
Berbadan tinggi hingga aku harus melihatnya dengan mendongakkan kepalaku dan
mungkin laki laki ini adalah makhluk aneh yang turun dari planet entah
dimana,dia terlihat berbeda. putih,tegap dan wajahnya lembut dengan matanya
yang coklat pekat ditutupi dengan eyesglassesnya berbentuk mata kucing seperti
miliku. Bergaya maskulin dengan rambut hitam kecoklatan, rapih.
“Maaf? Tempatmu?”. Mukaku
memerah, karna gugup memandangnya, dia melihatku tanpa ekspresi yang dalam,
hanya menatapku, lama.
“Ya.” dia tidak tesenyum.
Membuatku hilang mood, menghadapi hal tidak penting seperti ini. ‘sangat
mengganggu’ aku mendengus dalam hati.
“Ini kan untuk umum. Kau
kan bisa mencari tempat baru, karna aku menemukan tempat ini terlebih dahulu
dibandingkan dengan kau?” kataku agak ketus, tetapi tetap merona melihatnya ia
berbicara.
“Tapi tempat ini, aku yang
lebih dulu menemukannya” jelasnya.
“Apa buktinya??, setahuku
semua pengunjung berhak duduk dimanapun dia mau kan??”
“Ini.” Dia membungkuk dan
mengambil kertas yang sudah ia tempelkan dibalik bangku empuk yang dilapisi
oleh bahan karet meja dengan permen karet. ‘Jorok sekali orang ini’ bisikku
dalam hati. Lalu kertas itu diserahkan kepadaku. Aku membacanya, dan kertas
bertuliskan ‘IS MINE INO, NOT YOURS. PLEASE DON’T SHIT IN MY CHAIR’ .
dengan tinta yang sudah mulai terhapus, ku pikir ini dia tulis sudah lama
sekali. ‘Apa?? Dia sudah datang dan sering membaca buku di tempat ini?’ tanyaku
dalam hati, ‘aku tak pernah melihat tempat ini sebelumnya’. Aku memandangnya
heran dan menatap ekspresi diwajahnya, wajahnya yang lembut dan tanpa ekspresi
membuatku merasa hawa diruangan ini berubah menjadi, dingin.
“Tapi ini bukan bukti.”
Jelasku tak mau kalah, karna aku sudah jatuh cinta pada tempat ini. “Aku akan
membaca disini” lanjutku.
“Bisakah kau mencari tempat
lain dan tidak menggangguku dan tempatku??” katanya penuh keluh, dengan
ekspresi sedikit kesal.
“Tidak ada yang
mengganggumu, aku juga ingin membaca. Lagi pula disini masih bisa di dudukki
orang lain. Kau harus berbagi !” tukasku yang mulai kesal.
“Tidak.” Cowok itu
memandangku dengan tajam, dengan pandangan tegas tapi tetap terlihat lembut.
“Yasudah,” Jelasku, acuh.
sambil membuka buku dan melanjutkan membaca. Tidak memikirkan cowok yang
terdiam agak lama disebelahku, yang mungkin sedang memandangku dengan tatapan
menyebalkan.
Tiba tiba ada harum lembut
dan sejuk disampingku, aku menoleh kearah cowok itu, dia duduk disampingku
masih tanpa ekspresi dan mulai membuka buku kemudian membacanya. Aku tersenyum
kecil penuh kemenangan, tapi dia tetap menatap bukunya tanpa menyadari kalau aku
sedang memperhatikannya.
“Haha,” celetukku karna
buku yang aku baca terlalu mengejutkan dan menggelitik. Cowok itu menoleh
memandangku.
“kau bisa membaca tanpa
bersuara?, sangat menganggu.” Kata cowok itu, lalu mencoba memasang headphone
kekupingnya dan membuka bungkussan permen karet, lalu memakannya.
“Kau bilang ‘membaca tanpa
suara?,itu sangat mengganggu’ tapi kau sendiri memasang alat bersuara itu. Dan
kau tau disini dilarang makan atau minum apapun saat membaca.” Sanggahku cuek.
Cowok itu membuka kembali headphonenya dan menggantungkannya dilehernya, lalu
menelan permen karet yang baru saja dia kunyah, sambil memandangku dengan
ekspresi yang berbeda, bukan tanpa ekspresi lagi tapi terlihat kesal padaku.
Aku tertawa tipis, merasa
dia cowok tampan tapi aneh.
“Aneh.” Aku meneruskan
sambil tertawa kecil. Seketika dia memegang pergelangan tanganku dan menatapku
tajam. aku tersentak.
“Kenapa kamu?? Azzzz”
keluhku, melirik kesekliling melihat apakah ada seseorang yang melihat, dan
tidak berfikiran aneh ,mungkin juga aku bisa meminta bantuan kepada orang yang
melihatku dianiyaya oleh seorang makhluk aneh yang turun dari planet terjauh.
“Kamu ini tau apa tentang
aku??. Ingat ini tempatku dan kamu hanya pengganggu yang menumpang, dan aku
harap kamu tak menggangguku lagi jika kamu berkunjung kesini.” Cowok itu marah,
tapi seperti tidak terlihat marah, hanya seperti menghindar dengan raut
wajahnya yang lembut.
“Kamu aneh!” bentakku
pelan, menatap matanya tajam.
Dia melepaskan
genggammannya dari pergelangan tanganku, genggamannya kuat dan berbekas, bau
harum parfumenya melekat khas di pergelangan tanganku terkarna keringat
ditangannya.
“Ya sudahlah! kalau aku
aneh, bagaimana denganmu, wanita mata empat??” kata cowok itu sinis, sambil
membereskan buku buku yang ingin dibacanya, berdiri lalu pergi hilang dibalik
rak rak buku. Aku masih menatap kepergiannya tidak terima,dan harumnya masih
disini.
“Mata empat??” kataku pada
diriku sendiri. ‘Ya mungking dia benar, aku mata empat, jika begitu dia apa ??
cowok yang memakai teleskop kecil dimatanya?? Bulshit’ bentakku dalam hati. Aku
membereskan buku ku dan menuju loket pembayaran dengan penuh kekesalan dan rasa
penasaran pada cowok itu.
‘siapa nama dia, hah??’
tanyaku dalam hati, lalu mengingat ngingat kertas yang ditunjukan olehnya
kepadaku tadi saat pertama bertemu. ‘Ino’ sebutku..dalam hati. lalu tersentak,
lamunanku buyar tak sadar karna aku sudah berhadapan dengan meja kasir
pembayaran.
“Mbak, aku mau tanya dong.
apa mbak kenal dengan cowok yang suka membaca di bagian pojok sana??” tanyaku
kepada kasir yang biasa melayaniku jika aku berkunjung dan membeli buku ditoko
ini, ia memeriksa belanjaan bukuku, lalu memperhatikan arah tanganku yang
menununjuk ketempat pojokan yang selalu sepi dengan pembaca buku atau
pengunjung.
“Oh..maksud mbak Noa, Mas
Rino?,” tanyanya tersipu seolah dia langsung tau siapa orang yang aku tanyakan.
Ya, aku akui si ‘Ino’ atau yang mereka sebut ‘Mas Rino’ adalah seorang pemuda
yang bisa menarik perhatian sekelilingnya, satu jenis dengan Fero si cantik dan
anggun.
“Hmm..mungkin, aku gak tau
namanya mbak, gak penting juga si, aku cuma mau tau sedikit..ya, hanya
sedikit.” kataku mencibir, seolah aku tidak penasaran.
“Iya, dia namanya Mas Rino,
sering dipanggilnya Mas Ino kalau sama pegawai disini” Jelasnya dengan nada
seperti dia kenal sekali dengan cowok bernama Ino itu.
“Oh ya?, oohhh. Bukannya
itu tempat baru ya mbak?? Aku gak pernah liat tempat yang sering didudukkin
sama si Ino itu” lanjutku, tak sadar aku tertarik akan cerita manusia planet
itu.
“Iya mbak, sebelumnya dia
duduk ditempat pengunjung biasanya, tapi pas tempat itu dipojok sana dibuka,
Mas ino langsung pindah dan ganya Mas ino aja yang sering duduk disana, dia
juga hampir seminggu 2 atau 3 kali ke toko buku ini, untuk membaca buku atau
membeli buku ditoko ini, sama seperti mbak Noa,”. Jelasnya lagi dengan logat
yang menggebu gebu sambil cekikikan. Aku menatapnya aneh, aku pikir mbak mbak
kasir ini naksir dan tepikat sama cowok yang bernama Rino atau Ino itu.
“Ohh begitu.” Balasku
sambil tersenyum kecut. Dan mengeluarkan uang untuk membayar buku yang aku beli
tadi. “Terimakasih banyak ya mbak.” Lanjutku lalu mengambil bungkussan yang
berisi buku buku besarku.
“Sama sama mbak Noa”
balasnya, lalu tersenyum lebar padaku.
|
|
|
“HAPPY BIRTHDAY TO YOU..HAPPY BIRTHDAY TO YOU MOM” teriak Fero
yang menghampiri ibunya yang berada dalam ruang keluarga sedang membaca buku,
tak tau jika beliau akan di beri kejutan. Fero langsung memeluk ibunya yang
masih secerah ibu ibu modern jaman sekarang. Aku menyodorkan kue tart kehadapan
ibu Fero, agar beliau bisa meniup lilin diatas kue tersebut. Wajahnya terlihat
lelah tapi tetap berseri kaget karna bahagia.
“Selamat ulang tahun, Tante Mer.” Ucapku dengan senyum super
lebar, terlihat bahagia dan merasakan bahagia, seperti aku sedang berada di
tengah Keluargaku sendiri.
“Terimakasih anak anakku yang cantik.” Jelas Ibu Fero. Memeluk
Fero sekaligus aku. Lalu acara supraise party pun dimulai dengan potong kue dan
pemberian kado, foto foto dan sebagainya, keluarga berdatangan, ramai seperti
apa yang diharapkan Fero, walaupun ayah Fero yang baru saja pulang bekerja ,
tetapi kali ini lebih cepat dari baisanya. Aku tersenyum senang dibalik pinggir
gelas yang sedang ku cium.
Aku duduk diayunan kayu dipinggir kolam, memikirkan kapan hal ini
akan terjadi kepadaku juga. Terkuak semua kejadian dimemori otakku yang
menurutku aneh, dan ingatan yang baru saja terjadi tadi siang di toko buku.
Entah kenapa aku memikirkan sosok lelaki jangkung yang misterius itu. Aku hanya
tersenyum simpul memikirkannya.
“Hai, kau Noa kan??” tiba tiba di sampingku berdiri seorang cowok
tinggi besar menyapaku sambil menjulurkan tangannya tanda perkenalan denganku.
Aku memandangnya. cowok ini seperti tidak asing bagiku, bahkan aku merasakan
sesuatu.
“Ya, aku Noa, kamu ?? siapa ??” kataku balas bertanya.
“Aku? Kamu lupa sama aku, Noa??” tanyanya muram, menatapku.
“Tunggu, wajahmu sangat familiar denganku. Apa kita pernah kenal
sebelumnya?? Kamu teman Fero??” tanyaaku lebih jelas, dan terus mengamatinya.
“Pastinya dong. Sejak kecil aku,kamu Fero itu berteman dan aku
selalu jail pada kalian,huaa..ternyata kau sudah sebesar ini?? Sungguh kau
sangat cantik dengan kacamatamu itu” jelasnya sambil tersenyum lebar
dihadapanku.
‘waktu kecil?? , selalu dijaili??’ aku mengingat ngingat apa dulu
aku pernah mengenalnya. Matanya yang sayu, tajam dan serius,berbadan tegap dan
Tampan dengan senyum yang manis juga mememikat. ‘AKU INGAT’ jelasku dalam hati
buru buru. Aku tersenyum kepadanya lalu memeluknya, hingga ia tertawa, merasa
lega karna aku sudah bisa mengenalinya.
“KIKAY !!! aaaaaa aku kangen banget sama kamu !!!!” teriaku
girang, berseri seri dan memerah wajahku menatap matanya yang sipit dan tajam.
Sekarang tubuh dan wajahnya sudah berevolusi menjadi sosok yang sangat berbeda
dengan Kikay yang dulu ku kenal sebagai sahabat kecilku dengan Fero. Dia pindah
saat kelas 1 smp dan semenjak ia pindah aku tak pernah melihatnya lagi sampai
aku dan Fero sudah memasukki semester 5 dikampus, dan baru sekarang aku bertemu
dengannya. Sahabat kecilku yang selalu jail dan penuh dengan lelucon, penuh
dengan hiburan yang luar biasa menggelitik dan menyenangkan, aku pun merasa
terjaga bila didekatnya. Dia melindungi aku dan Fero.
“Aku pun begitu Noa.” Dia tersenyum lebar, sama sepertiku.
Fero melihat kami, dan berlali kecil ke arah kami sambil
tersenyum.
“HEI, ternyata kalian sudah bertemu. Oh Noa..maaf ya aku gak kasih
tau kamu lebih dulu kalau Kay sudah kembali ke indonesia, karna Kay mau sendiri
kejutan sendiri untukmu.” Jelas Fero memelas tapi terlihat sangat senang.
“Lain kali aku nggak akan memaafkanmu Feroo iiihh..,” jawabku sok
ngambek pada Fero. Tapi Fero tau kalau aku tidak serius ngambek padanya.
Kamipun tertawa bersama sama dan menghabiskan malam bersama, membagi kisah
selama terpisah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar