Kamis, 01 November 2012
Life
Life is an opportunity, benefit from it.
Life is beauty, admire it.
Life is bliss, taste it.
Life is a dream, realize it.
Life is a challenge, meet it.
Life is a duty, complete it.
Life is a game, play it.
Life is a promise, fulfill it.
Life is sorrow, overcome it.
Life is a song, sing it.
Life is a struggle, accept it.
Life is a tragedy, confront it.
Life is an adventure, dare it.
Life is luck, make it.
Life is too precious, do not destroy it.
Life is life, fight for it.
A simple life
As we grow up, we learn that even the one person that wasn't supposed to ever let us down, probably will. You'll have your heart broken and you'll break others' hearts. You'll fight with your best friend or maybe even fall in love with them, and you'll cry because time is flying by. So take too many pictures, laugh too much, forgive freely, and love like you've never been hurt. Life comes with no guarantees, no time outs, no second chances. you just have to live life to the fullest, tell someone what they mean to you and tell someone off, speak out, dance in the pouring rain, hold someone's hand, comfort a friend, fall asleep watching the sun come up, stay up late, be a flirt, and smile until your face hurts. Don't be afraid to take chances or fall in love and most of all, live in the moment because every second you spend angry or upset is a second of happiness you can never get back.
"Eleven Hints for Life"
1. It hurts to love someone and not be loved in return.
But what is more painful is to love someone and never
find the courage to let that person know how you feel.
2. A sad thing in life is when you meet someone who
means a lot to you, only to find out in the end that it was
never meant to be and you just have to let go.
3. The best kind of friend is the kind you can sit on a
porch swing with, never say a word, and then walk away
feeling like it was the best conversation you've ever had.
4. It's true that we don't know what we've got until we lose
it, but it's also true that we don't know what we've been
missing until it arrives.
5. It takes only a minute to get a crush on someone, an
hour to like someone, and a day to love someone-but it
takes a lifetime to forget someone.
6. Don't go for looks, they can deceive. Don't go for wealth,
even that fades away. Go for someone who makes you
smile because it takes only a smile to make a dark day
seem bright.
7. Dream what you want to dream, go where you want to go,
be what you want to be. Because you have only one life and
one chance to do all the things you want to do.
8. Always put yourself in the other's shoes. If you feel that it
hurts you, it probably hurts the person too.
9. A careless word may kindle strife. A cruel word may wreck
a life. A timely word may level stress. But a loving word may
heal and bless.
10. The happiest of people don't necessarily have the best
of everything they just make the most of everything that comes
along their way.
11. Love begins with a smile, grows with a kiss, ends with
a tear. When you were born, you were crying and everyone
around you was smiling. Live your life so that when you die,
you're the one smiling and everyone around you is crying.
Jumat, 14 September 2012
i wonder why..
Sometimes I wonder ..
Why am I ??
Why am I like this ??
Why am I always like this ??
and why I can not change 'I like this' ??
Minggu, 29 Juli 2012
:)
cinta yang didasari karna rasa syukur kepada Allah karena dipertemukan oleh seorang yang kita cintai dan diberikan rasa cinta dihati kita yang bisa kita berikan lagi kepada orang yang special dihati,bukan karna seseorang itu ada apanya tapi karna apa adanya, saling mengerti, memahammi, melengkapi, melindungi, mencintai dan menyayangi...selalu berikhtiar bersama saat ada ujian yang diberikan dalam menjalin hubungan...biarkan air mata tumpah dengan rasa ikhlas saat semua hanya bisa kita doakan agar lebih baik untuk suatu hubungan...dan menerima apapun yang sudah disuratkan untuk sebuah hubungan didiri manusia masing2.. adalah sebuah hubungan yang indah..
Rabu, 23 Mei 2012
Selasa, 01 Mei 2012
Rain II
Bila kau tadahkan jari saat hujan..
Kamu akan mengira kalau hujanlah yang menjatuhkan airnya..
Kenyataannya..kau menangis..
Sebenernya hujan tau yang kau rasakan..
Hanya saja dia menjagamu ditiap tetesnya..
Kamu akan mengira kalau hujanlah yang menjatuhkan airnya..
Kenyataannya..kau menangis..
Sebenernya hujan tau yang kau rasakan..
Hanya saja dia menjagamu ditiap tetesnya..
Puisi Jaman SMP
Hujan..
Ya..hujan, sahabat cantik nan bening..
Menyimpan berjuta rahasia dibalik beningnya saatku menangis..
Inginku bersamanya..sejenak, melupakan bebanku dibawah tetesnya yang deras..
Menyimpan senyumku dibalik tangisku mengalir bersamanya..
Hingga tercipta senyumku yang murni saatku bahagia..
Inginku bermain bersamanya..lama..
Menciptakan tawa dibalik derasnya hujan..
Tiap perciknya menciptakan kebahagiaan..dan takkan ada kesedihan..
Hanya ada kepalsuan dan senyuman..
Itulah aku dan dirinya..hujan..
Ya..hujan, sahabat cantik nan bening..
Menyimpan berjuta rahasia dibalik beningnya saatku menangis..
Inginku bersamanya..sejenak, melupakan bebanku dibawah tetesnya yang deras..
Menyimpan senyumku dibalik tangisku mengalir bersamanya..
Hingga tercipta senyumku yang murni saatku bahagia..
Inginku bermain bersamanya..lama..
Menciptakan tawa dibalik derasnya hujan..
Tiap perciknya menciptakan kebahagiaan..dan takkan ada kesedihan..
Hanya ada kepalsuan dan senyuman..
Itulah aku dan dirinya..hujan..
Aneh !!!! grrrrrrrr
Sebelum kalian membaca atau melihat gambar ini, tolong maafkan gue yang dulu agak sedikit Alay dan terlalu berlebihan, sumpah gue juga gak tau kalau dulu gue kaya gitu.. well gue cuma bisa ngakak ngeliat hasil karya gue waktu SMP -___- aneh.
Kamis, 12 April 2012
PART TWO
TWO
Kerinduan
Adlah hal yang paling menyakitkan.
Aku memarkirkan fw mini ku di parkiran kampus. Memandangi sekelilingku. Hari ini semester baru di mulai, dan aku sudah beranjak semester 5. Tidak terasa sebentar lagi aku akan lulus, semoga. Pikirku sambil tersenyum kecut.
“Noaaaa!!.” panggil seseorang diseberang parkir, aku sudah bisa menangkap siapa yang memanggilku sambil berlari kecil kearahku,seseorang yang sangat aku sayangi sebagai sesosok yang mengagumkan, Fero.
“Hei!” sapaku balik. Seperti biasa, Fero berpenampilan mengagumkan dikalangan para wanita yang ada dikampus ini, dia suka memakai pakaian terussan yang manis dan cerah, dan tak lupa syal yang selalu bermotif berbeda mensinkronkan dengan pakaiannya, juga rambutnya yang selalu terurai indah. Sedang kan aku hanya memakai jeans, kets, tengtop hitam yang tersembunyi di balik jaketku yang sedikit terbuka, dan rambut tergulung keatas penuh agar rambutku tidak menghalangi pandangan di balik kacamataku.
“Tebak aku Noa,” Kata Fero sambil tersenyum seperti anak kecil yang sedang bermain tebak tebakkan dengan teman nya. “Aku pergi dengan siapa pagi ini??,” lanjut Fero, berseri.
“Maksudmu??,” Tanyaku bingung.
“Kamu ini, tulalit banget si Noa !, maksud aku..coba kamu tebak, aku tadi pagi berangkat dengang siapa??”
“Ayahmu??” tebakku asal.
Tapi Fero menggelengkan kepala.
“Cowok barumu??”
Fero cemberut. Aku tertawa kecil, seakan tau Fero pasti cemberut dengan tebakkan aku yang baru saja kulontarkan, aku tau Fero baru saja mengalami patah hati, padahal Fero tipe wanita setia. Yaa sulit di ungkapkan,kenapa mereka putus. tapi aku sungguh tak sanggup melihat Fero sedih dengan wajah cantiknya.
“Jadi? Sama siapa kamu diantar Feroku.” Lanjutku agak melunakan hatinya yang mungkin sudah tersentak sedikit.
“Kyoran !!.” Balasnya penuh semangat dan senyum lebarnya sudah kembali.
“Kyoran??” tanyaku heran dan mungkin dahiku sudah berkerut karna penasaran.
“Ya, dia gajak aku pergi bareng karna ternyata arah kantor ayah Kyo satu arah No, dengan kampus kita, aku seneng banget.” Wajah Fero berseri saat menceritakannya, tapi aku merasa ada yang sedikit mengganjal.
Aku tak heran kalau Kyoran langsung ditempatkan di perusahaan ayahnya, aku tau Kyoran pintar dan punya ide imejenatif,berbeda dengan orang pandai. dia seperti sosok pemuda yang tau bakal mewarisi perusahaan ayahnya itu, maka ia belajar dan memahaminya tanpa harus bersekolah tinggi, walaupun aku pikir Kyo tak butuh itu lagi, entah dari mana anugrah otaknya yang Smart itu.
“Wah, senang sekali diantar Tuan muda.” Aku menjulurkan lidah pada Fero yang masih berseri, sambil berjalan bersama memasuki gedung.
“Ah, kamu kan tau No, dia bukan Kyo yang dulu lagi. Menurut ku dia berubah.”
“Jadi spiderMan??” selaku, tertawa jail.
“Berubah, menjadi sosok yang…,” Fero tak melanjutkan kalimatnya, aku penasaran tapi aku tahan untuk tidak menanyakannya. Tapi perasaanku menjadi sedikit aneh, seperti ada batu besar yang mengganjal.
“Well, nanti kelas berakhir, kau ada acara Fero??,” Aku buru buru bertanya, mungkin agar Fero tak melanjutkan kalimatnya, aku takut.
“Ya, aku harus membantu ibu ku kali ini No, di butiknya.” Jawab Fero, lelah. aku tau, Fero selalu mampir kerumahku saat kelas berakhir, tapi kali ini Fero sudah harus mulai membantu ibunya di Butiknya yang mungkin nanti akan menjadi Butiknya. Aku hanya diam dan tidak menajwab, sambil terus berjalan menuju gedung bersama Fero.
Aku membaca buku dipinggir jendela kamarku. Hari ini hujan turun dihari yang menjelang sore, sejuk. Terdengar ada suara mobil diparkir dipekarangan rumah, suara nya sangat familiar ku dengar, orang tuaku. Aku turun, menuju ruang keluarga yang langsung di temui saat pintu terbuka.
“Mum,” aku menghampirinya yang terlihat lelah, memeluknya erat.
“Dad,” aku juga memeluknya erat, dan ia tersenyum.
Mereka mebawa banyak barang, terlihat lelah, tapi tetap berwibawa. Aku duduk berhadapan dengan mereka yang masih terduduk karna lelah. Aku melihat mbok, pembantuku. Membereskan semua barang yang dibawa oleh orang tuaku. Tidak ada pembicaraan atau seorangpun yang angkat bicara. Aku hanya terdiam, dan memandangi buku yang masih berada di genggaman dengan halaman tertanda dengan jariku, lalu seketika Mum berdiri dan langsung pergi menuju kamar, tanpa berkata satu katapun.
Aku sudah mengira ini akan terjadi dan percuma saja aku memikirkannya. Senang rasanya mereka berdua pulang kerumah, tapi ada rasa yang membuatku terasa sangat sepi, karna suasana saat mereka pulang, tidak merubah keadaan di dalam rumah.
“Noa, bagaimana dengan kuliahmu??” . Aku tersentak mendengarnya, Dad berbicara dan memandangku.
“Baik baik saja,” jawabku dengan senyum luar biasa, senang. Akhirnya ada satu kalimat yang teucap dan mengisi ruangan yang dingin ini.
“Baguslah kalau begitu nak, jangan mengecewakan ya.” Tukas Dad, dengan tegas. Lalu berdiri, tersenyum padaku lembut lalu pergi kearah kamar yang berbeda, kekamar tamu.
‘Apa yang terjadi?’ bisiku dalam hati, memandang kepergian Dad. Bukan pergi jauh, tapi arah Dad berjalan membuatku pikiranku menerawang jauh dan rasanya aku khawatir. Udara diruangan itu semakin dingin dan cahaya dari celah jendela sudah mulai meredup, aku pun masuk kamar dengan pertanyaan yang penuh didalam otakku.
Makan malam yang buruk, menurutku. Apapun makanan yang masuk kedalam perutku terasa sangat hambar dan pahit. Mum dan Dad, tidak berbincang satu sama lain ataupun denganku yang ada disini. Rasanya semuanya jadi terasa sangat gelap. Mum menyudahi makan malamnya, memandangku lalu tersenyum dingin, lelah.
“Kau harus banyak makan ya Noa, supaya tidak sakit.” Jelasnya sambil terus memandangku dengan mata letih lembutnya.
“Ya, berat badanku juga tertambah, Mum.” Balasku sambil tersenyum girang,mungkin agar terlihat tidak peduli dengan keadaan malam ini.
“Jangan dinaikkan lagi, kau cantik seperti itu.” Mum seolah tak mau aku terlihat jelek.
“Ya.” Jawabku singkat, lalu menyudahi makan malam dan langsung pergi meninggalkan mereka berdua, orang tuaku. Dimeja makan yang dingin dan berhawa lembab.
Setelah sepulang kampus, aku, Fero dan Kyo janjian makan siang bareng, ditempat yang biasa ku kunjungi dengan Fero, restaurant jepang yang pastinya Kyo juga suka. Kyo dan Fero seperti pasangan serasi, mereka sama sama memiliki kelebihan yang mungkin aku tak punya. Tapi mereka sahabat sahabat terbaikku.
“Noa, kau masih suka berenang??.” Tanya Kyo, sambil mengunyah shusi kesukaannya dengan terbata bata. Fero hanya memperhatikan.
“A.., ya tentu! Aku masih suka berenang, jika hujan.” Jelasku tak sadar apa yang sudah ku katakana, karna aku terus memisahkan sayuran yang tak kusukai yang ada di Mie ramenku.
“Jika hujan??” Tanya Kyo lagi, masih penasaran.
“Ya, jika hujan.” Masih tidak menatap Kyo, aku terus meminggirkan sayuran dalam Ramenku.
“Itu kebiasaan Noa, sekarang Kyo.” Sanggah Fero, yang tau akan menjelaskan kebiasaan anehku itu.
“Jadi, kemarin kau berenang, kemarin turun hujan, kan??” Kyo mencoba minum kotcha nya dan menatapku bergantian dengan Fero.
Aku menatapnya tanpa ekspresi. Tak tau apa yang akan aku jelaskan, lagi pula aku berenang dihari hujan, jika aku sedang merasa aneh saja, saat ingin sendiri,bukan saat aku ingin pergi berenang.
“Tidak, hanya jika ingin saja.” Aku menjawab dengan agak kagok. Fero dan Kyo menatapku dengan keruttan didahi mereka masig masing.
“Kau tak pernah berubah.” Kyo mulai memakan shusi kesukaannya lagi setelah menatapku.
“Ya, itu lah Noa,Kyoo.” Fero pun ikut melanjutkan makan shusinya, sambil tersenyum kepadaku. Aku membalasnya dengan kaku.
Aku bukan seperti mereka yang mungkin bisa membuka atau membeberkan apa yang mereka rasa, tapi bagiku, sulit sekali untuk mengungkapkannya,hanya di dalam kolam dan air hujanlah, aku bisa mencampur semua pikiranku jika sedang kacau.
“Dan kau masih suka membaca??” tanya Kyo lagi, seolah aku sedang di introgasi saat makan siang ini, rasanya jadi terasa aneh dan aku tak sengaja menelan sayuran yang aku tak suka.
“Ya, aku masih suka baca, Kyo. Dan kau sendiri, kelihatannya masih suka bertanya banyak ya.” Kataku sambil tertawa. Kyo dan Fero ikut tertawa mendengar kata kataku.
“Maksudmu, aku masih secerewet dulu??” Kyo menyipitkan matanya kepadaku, sok curiga.
“Sama dengan Fero.” Aku tersenyum lebar penuh kemenangan, ya Fero pasti tau maksudku apa, aku bilang kalau Fero dan Kyo sama sama makhluk Tuhan yang sempurna dan suka Bertanya.
“Kok, jadi aku si No…,” kata Fero menonkok bahuku lembut, seolah olah dia merengek.
Kami pun tertawa dan melanjutkan makan siang penuh canda dan kebersamaan ini.
Fero pulang ke Butik ibunya, tapi Kyo masih bersamaku. Aku dan Kyo akan ke toko buku langgananku, diperjalanan masuk ke toko, semua mata tertuju oleh Kyo. Dengan senyum menawannya siapa yang tidak terpikat.
Aku menyapa mbak kasir saat melewati meja kasir, dan mbak itu tersenyum padaku, bukan padaku, tapi pada Kyo yang berjalan dibelakangku.
“Jadi ini gudang persembunyianmu??” Bisik Kyo dibelakangku yang masih mengikutti ku dari belakang menuju Rak buku yang ingin aku baca.
“Yaa.”
Kyo menganngguk pelan, lalu tiba tiba merangkulku. Aku kaget, tidak terlalu kaget. Tapi jantungku berdetak, saat merangkulnya, sama seperti saat dia memelukku di pesta ulang tahun Ibu Fero.
“Sepertinya tempat ini menarik.” Tukas Kyo, dengan wajah imajenatifnya.
“Pastinya.” Aku meliriknya yang masih merangkulku dengan tubuh tegap dan berisinya itu.
“Boleh aku kebagian sana??” tanya Kyo, menunjuk arah rak buku bagian ‘Bisnis’ . aku langsung tau apa yang ingin Kyo cari, buku yang mempelajari perusahaan perusahaan, tabakku.
“Ya, boleh.” Kataku, mengangguk. Kyo pun melepas rangkulannya itu lalu menuju rak yang dia tunjuk tadi, dan aku merasa aneh saat dia melepas rangkulannya itu, hangatnya jadi dingin.
Saat Kyo pergi menjauh, aku jadi mengingat sesuatu tentang, ‘Ino’ . aku mengambil beberapa buku asal asalaan dan mendekapnya di dadaku, lalu berjalan mencari tempat yang nyaman dan mungkin Ino berada disana. Tapi saat aku sampai ditempat itu, tidak ada siapapun, sepi sama saat pertama aku duduk disana. Dia tak datang hari ini, hatiku rasanya menggelembung sakit.
“Dan lihat, kau datang dan ingin menggangguku lagi??” Tanya seorang dibelakangku, yang suaranya sama dengan cowok itu,’Ino’. Aku berbalik badan, dan mendapatinya yang baru kusadari tingginya entah berapa cm, dan aku terlihat pendek sekali jika berdiri disampingnya. Tapi aku senang melihat wajahnya yang lembut tanpa ekspresi, aku tersenyum kepadanya. ‘Arrgh kenapa aku tersenyum’ dengusku dalam hati.
“Hanya ingin membaca.” Jelasku padanya yang berdiri, dengan tangan memegang buku ditempelkan di kepalanya. Aku memperhatikan bibirnya, dia sedang mengunyah.
“Pergi dan cari tempat baru.” Kata Ino, lalu berjalan melewatiku kemudian duduk. Aku terdiam sesaat, harumnya yang lembut dan sangat menenagkan membuatku ingin mengikutinya lalu duduk disampingnya. ‘Hah?! Aku ini kenapa si’ pikirku tak terima dengan khayalan norakku.
Dia memasang Headphone dan membuka bungkus permen karet baru untuk dimakannya lagi. Dan aku hanyak memperhatikannya. Tiba tiba Kyo mengagetkanku dengan tumpukan buku yang mungkin akan di belinya.
“Hei, sedang apa disini No?” Tanya Kyo yang tiba tiba datang, lalu memandang cowok yang ada di hadapanku seolah seorang ada di hadapan aku ini adalah makhluk paling tidak sopan, membiarkan aku diri sementara dia asik duduk. Aku diam dan hanya menatap Kyo lalu kearah cowok itu ‘Ino’ . Kyo pun duduk disamping cowok itu, tanpa permisi.
“Sini No, duduk sini.” Perintah Kyo, sambil memberikan intruksi agar duduk disampingnya. Cowok itu ‘Ino’ memandang Kyo dengan sengit dengan mata kelabunya di balik cermin kaca matanya.
“Bisakah kalian duduk disebelah sana?!” Perintah Ino, yang mengarahkan pandangannya ke bangku pembaca yang kosong didekat kasir. Mendengar itu, Kyo sontak berbalik dan memandang Ino dengan pandangan tak suka.
“Apa ada undang-undangnya jika aku dan sahabatku duduk dan membaca disini??, ini tempat umum.” Kata Kyo, masih dengan pandangan tak suka.
Cowok itu ‘Ino’ berdiri. Menatapku tajam dan tak suka. Kyo pun ikut berdiri. Saling menatap. Mereka berdua bagaikan pemandangan luar biasa, dengan view yang ada di belakang dibalik kaca bening, pemandangan yang sejuk.
“Bisakah kamu kasih tau pacarmu, Noa??” . ‘Apa???!! Dia tau namaku?? Dari mana??’ tanyaku dengan wajah merona, Gr karna dia mungkin mencari tau siapa namaku.
“Noa?? Kau kenal cowok ini??” Tanya Kyo bingung dengan ekspresi masih tak suka dengan memandang Ino dari atas sampe bawah.
“Kalian ini kaya anak kecil aja !! bertengkar karna memperebutkan bangku.” Bentak ku.
“Dan Kyo ,mungkin, kita harus pergi sekarang Kyo, aku tiba tiba lapar lagi, ayo.” Lanjutku dan langsung menarik tangan Kyo yang kekar lalu mengajaknya ke kasir, membayar buku dan pergi. Tapi aku masih memandangi Ino yang masih berdiri menatapku, lembut. dan tentu saja aku bertanya tanya dari tadi dan diam di samping Kyo yang sedang menyetir.
‘dari mana dia tau namaku?? , apa dia penguntit??’ pikirku, tak sadar kalau aku sedang tersenyum. Aku tau Kyo sedang menatapku, aku tak mau menatapnya balik, karna pasti dia bertanya. Aku ini kenapa? Kenal dia? Atau apalah, mungkin Kyo akan punya banyak pertanyaa. Lalu dia hanya memandang kedepan, lurus, dengan raut wajah yang aku tak suka melihatnya.
Kyo memarkirkan mobil ke sebuat tempat makan tradisonal. Aku memandang Kyo, lalu kyo melihatku bingung.
“Kamu lapar kan,No??” Tanyanya dengan suara yang mungkin terdengar aneh. ‘aku bohong kyo, aku kenyang!’ jawabku dalam hati. Kyo menatapku tajam, mungkin membaca pikiranku.
“Jangan bilang, kau kenal dengan cowok yang tidak sopan tadi, Noa.” Lanjutnya.
“Oh, tentu saja aku gak kenal hanya sering melihatnya di toko buku itu,”
“Lalu? Kenapa kau mengalihkan pembicaraan, lalu mengajakku pergi?? Kau bilang kau lapar, padahal aku sangat ingin memberinya kata kata yang pantas untuk cowok gak sopan itu.” Wajah Kyo memerah, agak kesal. Baru kali ini aku melihatnya seperti ini, tapi aku tak peduli, aku pikir Kyo hanya tidak mau ada seorang yang tidak sopan terhadapku.
“Ah, itu gak penting.” Celetukku , tersenyum. Berharap Kyo membalas senyumku,dan baru aku sadar sahabatku ini ternyata berubah menjadi temperamental.
“Bener?? , kamu gak kenal sama cowok itu??” tanyanya Kyo lagi, masih dengan raut wajah yang penasaran.
“Hanya tau namanya saja,”
“Namanya saja?? Kalian sudah berkenalan?? Dia juga tau nama kamu, Noa.” Suara Kyo terdengar khawatir. Aku tak tau kenapa dadaku terasa berdegub saat mendengar nada bicara Kyo yang seolah dia sangat tidak suka kalau aku dekat dengan cowok itu ‘Ino’.
“Ya, mungkin dia tau..” kataku mulai asing berhadapan dengan sahabatku sendiri.
“Mungkin??”
“Sudah jangan dibahas ya, dia itu gak penting. Yang penting sekarang kamu mau traktir aku makan lagi??” Aku tersenyum lebar, agar semuanya cepat clear, dan agar Kyo tak banyak bertanya lagi, aku sudah merasa tak nyaman dan itu membuatku lapar, lagi.
“Oke, jika kau lapar, aku akan menantangmu.” Kata Kyo yang sudah mulai tersenyum, walaupun hanya seulas, itu membuatku lega. Karna Kyo tidak akan lagi bertanya.
“Menantangku??, Boleh !!” Kataku lantang, tidak takut dan mencondongkan daguku seperti orang yang benar benar menantang. Kyo tertawa memandang ekspresiku itu.
“Aku akan menantangmu, untuk memakan kebab,”
“Hanya kebab??”
“Ya, siapa yang paling banyak dan tercepat makan kebabnya, akan mendapat hadiah. Dari masing masing yang kalah. Bagimana??” tanya kyo penuh semangat.
“Ayo. Lagi pula, aku sudah lama tidak makan kebab, rasanya Lapaar sekali membayangkannya, dan aku pasti makan banyak dankamu pasti kalah Kyo !!” Aku tertawa kecil, dan Kyo pun tertawa, lalu mengacak ngacak rambutku, seperti anak kecil yang di kasihi oleh seorang kakak. ‘kakak?’ aku tersenyum memikirkan itu.
“Oke. Deal.”
Kami pun pergi meninggalkan Restauran Tradisional yang tadinya kami ingin kunjungi, tetapi dibalik itu, tantangan kyo lebih menantang itupun agar Kyo melupakan kejadian di toko buku tadi. Pikiranku tiba tiba melayang, memikirkan cowok yang memanggil dan tau namaku padahal kita tidak pernah bertemu atau berkenalan sebelumnya, hanya pada saat atau moment yang ku pikir tidak masuk di akal, tapi cowok itu tau siapa namaku. ‘Sebenarnya siapa dia?, tau dari mana dia namaku?’ pikiranku benar benar melayang,memikirkanny. Wajahku memerah karna memikirkan cowok dengan pandangan lembutnya dan matanya yang kelabu, penuh rahasia, yang sangat menarik.
PART ONE
ONE
Pertemuan pertama
Adalah moment yang paling
tidak pernah terlupakan
“GOOD MORNIINNNNGGGGG !!!”.
Seru fero, sahabatku paling terdekat yang tiba tiba datang memecahkan
keheningan dikamarku, selalu masuk kekamarku seperti biasa yang ia lakukan
setiap ia berkunjung. Kita seperti belahan jiwa, tapi tidak terlalu mirip
bahkan kami tidak pernah berpendapat sama, hanya terkadang saja. Fero membuka
jendela kamarku yang langsung memantulkan sinar matahari yang baru saja terbit
dengan menyeringai langsung diwajahku yang masih terjaga dikasur yang
berhadapan langsung dengan jendela kamar . jendela kaca itu hampir menutupi
sebagian kamarku, jadi sangat terang saat jendela terbuka seluruhnya. Ya, aku
suka sekali cermin, kaca atau semacamnya. Jernih dan nyata.
“Bukankah hari ini hari
sabtu Fero??” tanyaku sambil menutupi tubuhku dengan selimut karna terlalu
silau dengan matahari yang menyengat mataku.
“Ya! , tentu saja ini hari
sabtu dan esok hari minggu. Aku tidak bilang bahwa hari ini hari senin, Noa.”
Jawab fero, yang langsung duduk dipinggir kasurku,membuka kembali selimutku
yang lembut.
“Lalu??, Kenapa kau
membangunkan aku sepagi ini?? Aku masih ngantuk fero.” Lanjutku dibalik
bantalku, yang terus memanggilku untuk lanjut berhibernasi.
“Kau lupa??,hari ini kau
janji menemaniku untuk membeli kue tart, dan membantuku mempersiapkan kejutan
kecil untuk ibuku??.” Tanyanya agak lirih.
Aku terbangun dan seketika
duduk berhadapan dengan fero yang sudah memonyongkan bibirnya yang tipis dan
berwarna pink peach,cemberut seperti anak kecil. Wajahnya yang sangat
cantik,lembut dan anggun, bahkan saat dia cemberut pada saat ini yang kulihat,
membuatku langsung mengingat segala hal yang aku janjikan.
“Aku tidak akan lupa dengan
janjiku,cantik.” Aku tersenyum padanya dengan mata setengah tertutup agak
merayu. Seketika Fero pun tersenyum lega dan merona.
“Hihi aku senang
mendengarmu memujiku dan memingat janjimu No,” balas Fero dengan tangannya yang
menggenggam tanganku, seperti disinetron yang si pelaku melakukan adegan
memohon. Aku mendengus malu memikirkan itu.
“Well, tunggu disini aku
akan mandi” aku langsung beranjak bangun dari surga mimpiku, mengambil handuk
yang tersampir dibangku yang berada persis dipinggir rak bukuku yang berjajar
rapih dan menjulang tinggi seperti rak rak buku yang ada di took buku.
“Ya, pasti aku menunggumu
!!”. seru Fero yang senyum senyum sambil merapikan kasurku. Fero memang sahabat
terbaikku dari semenjak aku bertemu dengannya di sekolah dasar, sampai
sekarang. Aku selalu tersenyum padanya, walaupun terkadanga ada sedikit masalah
antara kami, bisa dibilang aku ini tertarik pada wanita cantik yang baik hati
memaksaku untuk selalu mengalah. Fero yang sangat berbeda denganku, dia gadis
yang terkenal dengan kebaikkan,kesopanan,keanggunan bahkan wajahnya bisa
mengalihkan seluru mata agar tertuju kepadanya. Sangat berbeda denganku yang
sangat, sangat terilahat simple, bebas, petualang, kutu buku dan pengkhayal
yang tinggi. Aku tidak terlalu memperdulikan hal sekitar yang tidak terlalu
penting bagiku sedangkan Fero, selalu memperhatikan hal sekitar, itu penting
atau tidak, ia akan selalu memperhatikan. Fero sosok gadis anggun dan dewasa,
dia juga banyak bicara alias cerewet, jadi aku beruntung, ada yang menutuppi
kekuranganku yang menurutku sangat gelap.
|
|
|
“Apa selalu seperti ini
No??” tanya Fero tiba tiba ,yang duduk berhadapan denganku dimeja makan, untuk
sarapan pagi. Aku berenti mengunyah roti yang sudah memenuhi mulutku dan
memandangnya kaget. Pertanyaan ini selalu ia tanyakan padaku, setiap ia
berkunjung walaupun hanya untuk sekedar memperhatikan keadaanku dan rumah
hantuku ini.
“Maksudmu??” tanyaku lalu
meminum air menghilangkan sedak ditenggorakanku yang penuh roti yang sudah
hampir ku telan.
Fero memandangku dengan
matanya yang coklat muda penuh arti, terlihat lirih melihatku. Dia diam sejenak
lalu berkata.
“Tidak..tidak..emm
maksudku, apa nanti kau akan menungguku ditoko buku langgananmu??”. Fero gugup,
kata katanya seakan sedang mengalihkan pembicaraan. Aku tau maksud Fero bukan
itu., sangat terlihat jelas vero pasti mengetahui apa yang ingin aku lakukan
jika aku sedang menunggunya melakukan sesuatu misal jika ia berbelanja di mall,
aku selalu menunggunya di toko buku dan tidak ada tempat lain selain disana.
Kupikir yang dimaksud adalah keadaan rumah ini. Rumah yang seperti rumah hantu.
Hanya aku dan pembantuku yang sudah setia bekerja dengan keluarga kecilku ini.
Dan yang lain, hanya mementingkan hal lain disbanding dengan, aku.
“Tentu saja!” Jawabku
datar, seakan aku tidak terganggu dengan pertanyaan Fero sebelumnya. Fero
menatapku lama tanpa ekspresi, lalu tersenyum lembut dengan kepolosannya, lega.
Mungkin dia berfikir bahwa aku akan baik baik saja, mungkin.
Cuaca diluar cerah sekali,
secerah hati Fero yang tersenyum menandakan hatinya yang sedang happy. Aku
mengeluarkan fw tercintaku dari garasi usang yang berdebu. Aku melirik kaca
sepion dan aku melihat sosok yang anggun menungguku di depan pagar rumahku
sambil memainkan handphonenya dengan tangan kirinya yang menutuppi kepalanya
karna cuaca panas menghujannya. Dia melirik kearah sepionku dan melihatku
memperhatikannya.
“Cepatlah Noaaa, cuaca pagi
ini mulai mtidak bersahabat.” Seru Fero, risih. Aku tersenyum simpul melihatnya
seperti itu. Cuaca hari ini memang sangat cerah, panas. Benar saja wanita
secantik dan seanggun Fero bahkan dia tidak tahan akan panasnya matahari,
bahkan dinginnya hujan.
Fero masuk kedalam Fw
miniku,lalu menggunakan belt dan memandangku yang sedang memperhatikannya
sambil tertawa kecil.
“Kenapa kau tertawa seperti
itu??” tanyanya cemberut, seolah aku menertawakan dirinya. Ya, memang aku
menertawakannya, wajah Fero yang memerah karna panaslah yang membuatku tertawa.
“Tidak, kau manis
sekali..aku suka.” Jelasku masih tertawa kecil. Fero mengembungkan pipinya dan
wajahnya semakin merona.
“Apa sih?! Jangan sampai
orang dengar dan mengira kita ini pasangan wanita yang terserang penyakit
aneh.” Kata Fero dengan tawanya yang menampilkan gigi dan gerakan rileksnya
membuat rambut panjangnya tergerai indah.
“Hahahahahaha, aku akan
senang sekali !” ejekku, tertawa terbahak mendengar perkataannya. Dan ia pun
juga ikut tertawa melihatku terbahak.
Dalam perjalanan, Fero
bernyayi sambil terus menceritakan kisah kejutan ulang tahun untuk ibunya yang
sudah ia persiapkan semeriah mungkin. Aku hanya mendengarnya dan terus menatap
pandangan kedepan.
“Jadi, nanti kau sampai
malam dirumah aku kan no?? Sampai acara selesai?,” Kata Fero, tersenyum lembut.
“Pasti.” Jawabku singkat.
Pikiranku melayang, entah kemana. Mungkin cerita Fero yang akan mengadakan
perayaan kecil yang bermakna untuk ibunya membuatku rindu,rindu akan semua yang
aku lakukan dengan keluargaku, dan mungkin aku iri pada Fero yang masih bisa
menikmati kebersamaan dengan orang-orang tersayangnya. Tapi keadaan ini semua
menjadikanku diri yang selalu harus dituntut menjadi seorang yang bisa memanage
semuanya, walaupun semua masih terlihat sangat aneh.
“Noa, mungkin nanti setelah
ambil kue Tart, aku akan ketoko bunga dan mengambil beberapa barang sudah ku pesan.
Apa kau ingin ikut? Atau…”
“Aku tunggu di toko buku
biasanya saja ya?,” Potongku.
“Ohh..Oke. Nanti aku akan
menghuubungimu kalau aku sudah selsai ya.” Kata Fero dengan senyumnya yang
seperti bayi kecil yang imut. Aku pun membalas dengan senyumman lebar, walaupun
aku tidak bisa merasakan sepenuhnya apa yang Fero rasakan hari ini.
Aku melihat rak rak buku
yang terpampang rapih dan menjulang disekelilingku, indah. Wangi lembaran
lembaran kertas yang sangat ku sukai, dan tentu saja aku sangat menyukai tempat
ini. Tempat yang selalu memiliki keajaiban, menurutku. Dan aku sempat berfikir
kalau aku akan membuat tempat seperti ini kelak. Orang orang mengira ini adalah
toko buku besar seperti yang ada di mall, tapi ini lebih dari itu, seperti
taman bacaan, kau bisa sepuasmu membaca ataupun meminjam beberapa buku dan jika
kau ingin mengkoleksi buku yang ada ditoko sederhana ini, kau bisa membelinya,
dan aku mencintai tempat ini lebih dari rumahku. Aku mengelilingi rak yang
bertuliskan “Best Seller” diatasanya. Aku mengambil empat buku sekaligus, Aku
juga mengambil salah satu copyan buku yang sama dengan yang aku ambil
sebelumnya, agar aku bisa membacanya di tempat yang sudah di sediakan oleh toko
ini untuk para pengunjung, jika ingin membacanya di sini.
Aku duduk ditemapat sepi,
dipinggir jendela lebar penuh lampu hias tang tergantung disetiap
tirainya,cantik. yang langsung mengarah kearah taman belakang dari toko ini,
sangat hijau dan rimbun, dan tempat duduk pengunjung berbeda dengan tempat yang
lain, terbuat dari bahan busa yang dilapisi karet berwarna hijau daun. mungkin
ini tempat baru, pikirku. karena selama aku membaca dan berkeliling toko
ini,baru kali ini melihatnya, nyaman sekali. ‘ini akan menjadi tempatku’ kataku
dalam hati, tersenyum kecil melihat sekitar yang masih mengaggumkan.
“Permisi, kau menempati
tempatku” kata seseorang disampingku. Aku mendongak dan melihat wajahnya.
Mungkin aku tidak sadar, mulutku ternganga kecil, melihatnya. Dia lelaki.
Berbadan tinggi hingga aku harus melihatnya dengan mendongakkan kepalaku dan
mungkin laki laki ini adalah makhluk aneh yang turun dari planet entah
dimana,dia terlihat berbeda. putih,tegap dan wajahnya lembut dengan matanya
yang coklat pekat ditutupi dengan eyesglassesnya berbentuk mata kucing seperti
miliku. Bergaya maskulin dengan rambut hitam kecoklatan, rapih.
“Maaf? Tempatmu?”. Mukaku
memerah, karna gugup memandangnya, dia melihatku tanpa ekspresi yang dalam,
hanya menatapku, lama.
“Ya.” dia tidak tesenyum.
Membuatku hilang mood, menghadapi hal tidak penting seperti ini. ‘sangat
mengganggu’ aku mendengus dalam hati.
“Ini kan untuk umum. Kau
kan bisa mencari tempat baru, karna aku menemukan tempat ini terlebih dahulu
dibandingkan dengan kau?” kataku agak ketus, tetapi tetap merona melihatnya ia
berbicara.
“Tapi tempat ini, aku yang
lebih dulu menemukannya” jelasnya.
“Apa buktinya??, setahuku
semua pengunjung berhak duduk dimanapun dia mau kan??”
“Ini.” Dia membungkuk dan
mengambil kertas yang sudah ia tempelkan dibalik bangku empuk yang dilapisi
oleh bahan karet meja dengan permen karet. ‘Jorok sekali orang ini’ bisikku
dalam hati. Lalu kertas itu diserahkan kepadaku. Aku membacanya, dan kertas
bertuliskan ‘IS MINE INO, NOT YOURS. PLEASE DON’T SHIT IN MY CHAIR’ .
dengan tinta yang sudah mulai terhapus, ku pikir ini dia tulis sudah lama
sekali. ‘Apa?? Dia sudah datang dan sering membaca buku di tempat ini?’ tanyaku
dalam hati, ‘aku tak pernah melihat tempat ini sebelumnya’. Aku memandangnya
heran dan menatap ekspresi diwajahnya, wajahnya yang lembut dan tanpa ekspresi
membuatku merasa hawa diruangan ini berubah menjadi, dingin.
“Tapi ini bukan bukti.”
Jelasku tak mau kalah, karna aku sudah jatuh cinta pada tempat ini. “Aku akan
membaca disini” lanjutku.
“Bisakah kau mencari tempat
lain dan tidak menggangguku dan tempatku??” katanya penuh keluh, dengan
ekspresi sedikit kesal.
“Tidak ada yang
mengganggumu, aku juga ingin membaca. Lagi pula disini masih bisa di dudukki
orang lain. Kau harus berbagi !” tukasku yang mulai kesal.
“Tidak.” Cowok itu
memandangku dengan tajam, dengan pandangan tegas tapi tetap terlihat lembut.
“Yasudah,” Jelasku, acuh.
sambil membuka buku dan melanjutkan membaca. Tidak memikirkan cowok yang
terdiam agak lama disebelahku, yang mungkin sedang memandangku dengan tatapan
menyebalkan.
Tiba tiba ada harum lembut
dan sejuk disampingku, aku menoleh kearah cowok itu, dia duduk disampingku
masih tanpa ekspresi dan mulai membuka buku kemudian membacanya. Aku tersenyum
kecil penuh kemenangan, tapi dia tetap menatap bukunya tanpa menyadari kalau aku
sedang memperhatikannya.
“Haha,” celetukku karna
buku yang aku baca terlalu mengejutkan dan menggelitik. Cowok itu menoleh
memandangku.
“kau bisa membaca tanpa
bersuara?, sangat menganggu.” Kata cowok itu, lalu mencoba memasang headphone
kekupingnya dan membuka bungkussan permen karet, lalu memakannya.
“Kau bilang ‘membaca tanpa
suara?,itu sangat mengganggu’ tapi kau sendiri memasang alat bersuara itu. Dan
kau tau disini dilarang makan atau minum apapun saat membaca.” Sanggahku cuek.
Cowok itu membuka kembali headphonenya dan menggantungkannya dilehernya, lalu
menelan permen karet yang baru saja dia kunyah, sambil memandangku dengan
ekspresi yang berbeda, bukan tanpa ekspresi lagi tapi terlihat kesal padaku.
Aku tertawa tipis, merasa
dia cowok tampan tapi aneh.
“Aneh.” Aku meneruskan
sambil tertawa kecil. Seketika dia memegang pergelangan tanganku dan menatapku
tajam. aku tersentak.
“Kenapa kamu?? Azzzz”
keluhku, melirik kesekliling melihat apakah ada seseorang yang melihat, dan
tidak berfikiran aneh ,mungkin juga aku bisa meminta bantuan kepada orang yang
melihatku dianiyaya oleh seorang makhluk aneh yang turun dari planet terjauh.
“Kamu ini tau apa tentang
aku??. Ingat ini tempatku dan kamu hanya pengganggu yang menumpang, dan aku
harap kamu tak menggangguku lagi jika kamu berkunjung kesini.” Cowok itu marah,
tapi seperti tidak terlihat marah, hanya seperti menghindar dengan raut
wajahnya yang lembut.
“Kamu aneh!” bentakku
pelan, menatap matanya tajam.
Dia melepaskan
genggammannya dari pergelangan tanganku, genggamannya kuat dan berbekas, bau
harum parfumenya melekat khas di pergelangan tanganku terkarna keringat
ditangannya.
“Ya sudahlah! kalau aku
aneh, bagaimana denganmu, wanita mata empat??” kata cowok itu sinis, sambil
membereskan buku buku yang ingin dibacanya, berdiri lalu pergi hilang dibalik
rak rak buku. Aku masih menatap kepergiannya tidak terima,dan harumnya masih
disini.
“Mata empat??” kataku pada
diriku sendiri. ‘Ya mungking dia benar, aku mata empat, jika begitu dia apa ??
cowok yang memakai teleskop kecil dimatanya?? Bulshit’ bentakku dalam hati. Aku
membereskan buku ku dan menuju loket pembayaran dengan penuh kekesalan dan rasa
penasaran pada cowok itu.
‘siapa nama dia, hah??’
tanyaku dalam hati, lalu mengingat ngingat kertas yang ditunjukan olehnya
kepadaku tadi saat pertama bertemu. ‘Ino’ sebutku..dalam hati. lalu tersentak,
lamunanku buyar tak sadar karna aku sudah berhadapan dengan meja kasir
pembayaran.
“Mbak, aku mau tanya dong.
apa mbak kenal dengan cowok yang suka membaca di bagian pojok sana??” tanyaku
kepada kasir yang biasa melayaniku jika aku berkunjung dan membeli buku ditoko
ini, ia memeriksa belanjaan bukuku, lalu memperhatikan arah tanganku yang
menununjuk ketempat pojokan yang selalu sepi dengan pembaca buku atau
pengunjung.
“Oh..maksud mbak Noa, Mas
Rino?,” tanyanya tersipu seolah dia langsung tau siapa orang yang aku tanyakan.
Ya, aku akui si ‘Ino’ atau yang mereka sebut ‘Mas Rino’ adalah seorang pemuda
yang bisa menarik perhatian sekelilingnya, satu jenis dengan Fero si cantik dan
anggun.
“Hmm..mungkin, aku gak tau
namanya mbak, gak penting juga si, aku cuma mau tau sedikit..ya, hanya
sedikit.” kataku mencibir, seolah aku tidak penasaran.
“Iya, dia namanya Mas Rino,
sering dipanggilnya Mas Ino kalau sama pegawai disini” Jelasnya dengan nada
seperti dia kenal sekali dengan cowok bernama Ino itu.
“Oh ya?, oohhh. Bukannya
itu tempat baru ya mbak?? Aku gak pernah liat tempat yang sering didudukkin
sama si Ino itu” lanjutku, tak sadar aku tertarik akan cerita manusia planet
itu.
“Iya mbak, sebelumnya dia
duduk ditempat pengunjung biasanya, tapi pas tempat itu dipojok sana dibuka,
Mas ino langsung pindah dan ganya Mas ino aja yang sering duduk disana, dia
juga hampir seminggu 2 atau 3 kali ke toko buku ini, untuk membaca buku atau
membeli buku ditoko ini, sama seperti mbak Noa,”. Jelasnya lagi dengan logat
yang menggebu gebu sambil cekikikan. Aku menatapnya aneh, aku pikir mbak mbak
kasir ini naksir dan tepikat sama cowok yang bernama Rino atau Ino itu.
“Ohh begitu.” Balasku
sambil tersenyum kecut. Dan mengeluarkan uang untuk membayar buku yang aku beli
tadi. “Terimakasih banyak ya mbak.” Lanjutku lalu mengambil bungkussan yang
berisi buku buku besarku.
“Sama sama mbak Noa”
balasnya, lalu tersenyum lebar padaku.
|
|
|
“HAPPY BIRTHDAY TO YOU..HAPPY BIRTHDAY TO YOU MOM” teriak Fero
yang menghampiri ibunya yang berada dalam ruang keluarga sedang membaca buku,
tak tau jika beliau akan di beri kejutan. Fero langsung memeluk ibunya yang
masih secerah ibu ibu modern jaman sekarang. Aku menyodorkan kue tart kehadapan
ibu Fero, agar beliau bisa meniup lilin diatas kue tersebut. Wajahnya terlihat
lelah tapi tetap berseri kaget karna bahagia.
“Selamat ulang tahun, Tante Mer.” Ucapku dengan senyum super
lebar, terlihat bahagia dan merasakan bahagia, seperti aku sedang berada di
tengah Keluargaku sendiri.
“Terimakasih anak anakku yang cantik.” Jelas Ibu Fero. Memeluk
Fero sekaligus aku. Lalu acara supraise party pun dimulai dengan potong kue dan
pemberian kado, foto foto dan sebagainya, keluarga berdatangan, ramai seperti
apa yang diharapkan Fero, walaupun ayah Fero yang baru saja pulang bekerja ,
tetapi kali ini lebih cepat dari baisanya. Aku tersenyum senang dibalik pinggir
gelas yang sedang ku cium.
Aku duduk diayunan kayu dipinggir kolam, memikirkan kapan hal ini
akan terjadi kepadaku juga. Terkuak semua kejadian dimemori otakku yang
menurutku aneh, dan ingatan yang baru saja terjadi tadi siang di toko buku.
Entah kenapa aku memikirkan sosok lelaki jangkung yang misterius itu. Aku hanya
tersenyum simpul memikirkannya.
“Hai, kau Noa kan??” tiba tiba di sampingku berdiri seorang cowok
tinggi besar menyapaku sambil menjulurkan tangannya tanda perkenalan denganku.
Aku memandangnya. cowok ini seperti tidak asing bagiku, bahkan aku merasakan
sesuatu.
“Ya, aku Noa, kamu ?? siapa ??” kataku balas bertanya.
“Aku? Kamu lupa sama aku, Noa??” tanyanya muram, menatapku.
“Tunggu, wajahmu sangat familiar denganku. Apa kita pernah kenal
sebelumnya?? Kamu teman Fero??” tanyaaku lebih jelas, dan terus mengamatinya.
“Pastinya dong. Sejak kecil aku,kamu Fero itu berteman dan aku
selalu jail pada kalian,huaa..ternyata kau sudah sebesar ini?? Sungguh kau
sangat cantik dengan kacamatamu itu” jelasnya sambil tersenyum lebar
dihadapanku.
‘waktu kecil?? , selalu dijaili??’ aku mengingat ngingat apa dulu
aku pernah mengenalnya. Matanya yang sayu, tajam dan serius,berbadan tegap dan
Tampan dengan senyum yang manis juga mememikat. ‘AKU INGAT’ jelasku dalam hati
buru buru. Aku tersenyum kepadanya lalu memeluknya, hingga ia tertawa, merasa
lega karna aku sudah bisa mengenalinya.
“KIKAY !!! aaaaaa aku kangen banget sama kamu !!!!” teriaku
girang, berseri seri dan memerah wajahku menatap matanya yang sipit dan tajam.
Sekarang tubuh dan wajahnya sudah berevolusi menjadi sosok yang sangat berbeda
dengan Kikay yang dulu ku kenal sebagai sahabat kecilku dengan Fero. Dia pindah
saat kelas 1 smp dan semenjak ia pindah aku tak pernah melihatnya lagi sampai
aku dan Fero sudah memasukki semester 5 dikampus, dan baru sekarang aku bertemu
dengannya. Sahabat kecilku yang selalu jail dan penuh dengan lelucon, penuh
dengan hiburan yang luar biasa menggelitik dan menyenangkan, aku pun merasa
terjaga bila didekatnya. Dia melindungi aku dan Fero.
“Aku pun begitu Noa.” Dia tersenyum lebar, sama sepertiku.
Fero melihat kami, dan berlali kecil ke arah kami sambil
tersenyum.
“HEI, ternyata kalian sudah bertemu. Oh Noa..maaf ya aku gak kasih
tau kamu lebih dulu kalau Kay sudah kembali ke indonesia, karna Kay mau sendiri
kejutan sendiri untukmu.” Jelas Fero memelas tapi terlihat sangat senang.
“Lain kali aku nggak akan memaafkanmu Feroo iiihh..,” jawabku sok
ngambek pada Fero. Tapi Fero tau kalau aku tidak serius ngambek padanya.
Kamipun tertawa bersama sama dan menghabiskan malam bersama, membagi kisah
selama terpisah.
Langganan:
Postingan (Atom)